KOTA BAU BAU, Kamis 9 Januari 2025

Kota Bau Bau, yang terletak di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, menawarkan pesona yang kaya akan sejarah, budaya, dan keindahan alam. Dalam perjalanan ini, saya (Arifuddin Lau), selaku Redaktur Pelaksana dari media Rakyat News, mengajak keluarga untuk menjelajahi kemolekan kota Bau Bau, yang memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.

Kedatangan saya di Kota Bau Bau, tidak hanya untuk menikmati pesona dan keindahan kota ini, tetapi juga untuk merayakan momen bahagia dalam keluarga. Saya bersama keluarga besar mengikuti acara resepsi pernikahan Aldryan Fadil Jalal dan Inda Sri Kartika, putra pertama dari Adik Suharni Dg. Cora dan Salman Jalal Dg. Sitaba, sebuah peristiwa yang menjadi ajang berkumpul dan berbagi kebahagiaan bagi kami sekeluarga.

Acara resepsi pernikahan ini berlangsung dalam bingkai islami, dikelilingi oleh keluarga, sahabat, dan kerabat dekat. Saya bersama keluarga merasa berbahagia bisa menjadi bagian dari perayaan ini. Resepsi tersebut tidak hanya menjadi momen sakral bagi pasangan yang baru menikah, tetapi juga menjadi kesempatan bagi semua tamu untuk saling bertemu dan menjalin silaturahmi dengan keluarga besar di Kota Bau-Bau.

Di kota Bau Bau menikmati berbagai hidangan khas lokal yang disajikan dalam acara tersebut, seperti nasi kuning, dadar jagung, berbagai pilihan lauk, dan aneka dessert yang menggugah selera. Suasana penuh keceriaan terpancar dari tawa dan canda para tamu yang hadir, menciptakan atmosfir hangat dan menyenangkan.

IMG 20250109 WA0022
Berfoto bersama dengan keluarga di Pantai Bau Bau

Selain merayakan pernikahan, kedatangan saya juga menjadi momen berharga untuk berkumpul bersama keluarga dan teman-teman. Di tengah hiruk-pikuk acara, mereka berbagi cerita, mengenang masa lalu, dan merencanakan pertemuan-pertemuan berikutnya. Saya merasa dikelilingi oleh istri tercinta dan penuh kasih sayang serta dukungan dari orang-orang kerabat dekat.

Perayaan pernikahan ini juga memberikan kesempatan bagi semua yang hadir untuk saling berbagi doa dan harapan untuk pasangan pengantin. Acara ini diwarnai oleh kebudayaan setempat yang kaya, dengan berbagai tradisi dan adat istiadat yang membuat acara semakin bermakna.

Menikmati Keindahan Kota Bau Bau

1. Sejarah dan Budaya

Bau Bau memiliki warisan sejarah yang kaya, termasuk bekas Kerajaan Buton yang terkenal dengan sistem pemerintahan dan kearifan lokalnya. Dalam kunjungan ini, Saya dan keluarga menjelajahi berbagai situs bersejarah, seperti Benteng Kerkhoff yang dibangun pada masa penjajahan Belanda. Benteng ini menjadi saksi bisu perjuangan masyarakat Buton dalam mempertahankan kedaulatannya.

Alhamdulillah, saya juga mengunjungi Masjid Bubulak, masjid tertua di Bau Bau yang mencerminkan arsitektur tradisional dan menjadi tempat penting bagi komunitas setempat. Air budaya yang kental terasa saat berjalan-jalan di sekitar area tersebut, dan saya serta keluarga dapat merasakan kehangatan sambutan penduduk lokal.

2. Kepala dan Ekor Naga: Ikon Wisata Kota Bau Bau

Di Kota Bau Bau, terdapat satu simbol yang cukup terkenal sebagai ikon wisata dan menarik perhatian para pengunjung, yaitu Kepala dan Ekor Naga yang berada di area bawah Jembatan Bau Bau.

Oplus 131072
Kepala Naga di Kota Bau-Bau

Kepala Naga di Kota Bau Bau sering diartikan sebagai simbol keagungan dan kekuatan. Desain kepala naga biasanya memiliki detail yang rumit dan artistik, menggambarkan unsur-unsur kebudayaan lokal.

Dalam budaya setempat, naga sering diasosiasikan dengan penjaga, perlindungan, serta simbol keberanian dan kebangkitan. Hal ini menjadikan kepala naga tidak hanya sebagai ornamen, tetapi juga sebagai representasi dari kekuatan masyarakat Buton.

Sebagai ikon wisata, kepala naga menjadi salah satu spot foto favorit bagi para wisatawan. Pengunjung sering berfoto di depan kepala naga untuk mengabadikan momen dan menikmati keindahan arsitektur.

Ekor naga menyatu dengan elemen lainnya dalam desain jembatan, sering memperlihatkan perpaduan antara seni dan fungsi. Ekor ini menjadi bagian penting dari struktur, memberikan estetika yang menarik dan khas.

Ekor naga dapat dianggap melambangkan kesinambungan dan kelestarian. Dalam konteks budaya, hal ini bisa diartikan sebagai harapan untuk menjaga warisan dan tradisi yang telah ada sejak lama.

Ekor naga tak kalah menarik untuk dieksplorasi oleh pengunjung. Pengunjung dapat melakukan perjalanan melintasi jembatan yang dihiasi dengan elemen ini, merasakan keindahan sekeliling dan suasana lokal.

Kepala dan Ekor Naga di Kota Bau Bau merupakan ikon wisata yang tidak hanya menarik perhatian karena keindahannya, tetapi juga mengandung makna dan filosofi yang mendalam. Sebagai representasi dari budaya dan identitas masyarakat Buton, simbol ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin mengeksplorasi kekayaan budaya dan alam yang ada di Bau Bau. Dari pengalaman berfoto hingga menikmati pemandangan, keberadaan kepala dan ekor naga menambah nilai tersendiri bagi perjalanan wisata di Kota Bau-Bau.

3. Menelusuri Kejayaan Kerajaan Buton

Kerajaan Buton adalah salah satu kerajaan Islam yang bersejarah di Indonesia, khususnya di wilayah Sulawesi Tenggara. Kerajaan ini memiliki pengaruh yang signifikan di kawasan timur Indonesia, terutama pada masa kejayaannya.

Kerajaan Buton diperkirakan berdiri pada abad ke-14, dengan pusat kekuasaannya di Pulau Buton. Kerajaan ini didirikan oleh La Elung (juga dikenal sebagai Sultan Sulaiman), yang memimpin langkah-langkah awal dalam pembentukan pemerintahan dan struktur sosial.

Oplus 131072
Benteng Kesultanan Keraton Buton

Kerajaan Buton dipimpin oleh seorang Sultan, yang memiliki kekuasaan tertinggi. Struktur pemerintahan melibatkan para pembesar yang bertugas mengelola berbagai aspek pemerintahan, seperti pemerintahan daerah, ekonomi, dan militer.
Sistem pemerintahan di Kerajaan Buton didasarkan pada adat dan hukum Islam. Keputusan sering kali melibatkan musyawarah, dan tokoh masyarakat berperan penting dalam pengambilan keputusan.

Kerajaan Buton memiliki posisi geografis strategis yang memungkinkan akses ke jalur perdagangan penting. Hal ini menciptakan peluang bagi perdagangan barang-barang seperti rempah-rempah, perhiasan, dan hasil laut. Kerajaan menjadi tempat transit bagi pedagang dari berbagai daerah. Kerajaan ini juga mengelola sumber daya alam yang melimpah, seperti tambang bijih timah dan hasil pertanian, yang berkontribusi pada perekonomian kerajaan.

Kerajaan Buton berperan penting dalam penyebaran Islam di kawasan timur Indonesia. Pengaruh agama ini membentuk tata nilai dan norma di masyarakat. Sultan dan para ulama mengedukasi masyarakat melalui masjid dan lembaga pendidikan.
Kultur di Kerajaan Buton sangat kaya, menggabungkan unsur-unsur lokal dan pengaruh luar. Seni ukir, tari tradisional, dan kerajinan tangan menjadi bagian penting dari identitas budaya kerajaan.

Pada masa kejayaannya, Kerajaan Buton menjalin hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan lain di Indonesia, seperti Kerajaan Ternate dan Sultanate of Makassar. Hubungan ini sering kali melibatkan pernikahan politik dan aliansi untuk memperkuat posisi politik dan ekonomi.

Para Sultan Buton dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan mampu mengelola berbagai tantangan dan konflik yang muncul di sana. Kemampuan mereka dalam diplomasi dan strategi militer juga berkontribusi pada kestabilan kerajaan.

Banyak bangunan bersejarah, seperti istana Sultan dan benteng, masih dapat dilihat hingga saat ini. Arsitektur tersebut mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah Kerajaan Buton.
Berbagai naskah dan dokumen yang berisi catatan sejarah, hukum, dan budaya semasa kerajaan sering menjadi rujukan penting bagi para peneliti untuk memahami lebih dalam tentang Kerajaan Buton.

Kejayaan Kerajaan Buton adalah cerminan dari kemajuan sosial, politik, dan ekonomi pada masanya. Dengan pengaruh yang besar di kawasan, kerajaan ini meninggalkan warisan budaya yang kaya dan berkontribusi dalam sejarah Indonesia. Melalui penyebaran Islam dan interaksi dengan berbagai kerajaan lainnya, Kerajaan Buton tetap dikenang sebagai bagian integral dari sejarah Indonesia yang penuh warna. Hingga saat ini, jejak-jejak sejarahnya masih dapat dirasakan dan dipelajari, memberikan wawasan berharga tentang keberagaman budaya dan sejarah bangsa.

4. Keindahan Alam Bau Bau

Perjalanan keluarga saya ini tidak lengkap tanpa menjelajahi keindahan alam Bau Bau. Dari Pantai Pahi-pahi yang memukau dengan hamparan pasir putih dan air laut yang jernih, hingga Pulau Babi yang menawan. Kami bersama keluarga menghabiskan waktu bermain pasir, berenang, dan menikmati keindahan matahari terbenam di pantai yang eksotis.

Kami juga menyempatkan diri untuk menikmati kuliner lokal. Beberapa hidangan khas seperti ikan bakar, sambal colo-colo, dan kue khas daerah menambah kenikmatan perjalanan ini. Dengan cita rasa yang autentik, masakan tersebut menjadi pengalaman tak terlupakan.

Sekian sekilas perjalanan kami selama tiga hari di Kota Bau Bau, Pulau Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Sampai Jumpa di kesempatan lain. Wassalam. (*)

 

YouTube player